ANALISIS KESTABILAN PONDASI JEMBATAN STUDI KASUS : JEMBATAN ESSANG-LALUE
Abstract: Secara struktural
jembatan dipisahkan menjadi bangunan atas dan bangunan bawah. Sesuai fungsinya,
bangunan bawah jembatan menopang dan meneruskan beban dari bangunan atas
jembatan ke lapisan tanah yang kuat dan stabil/solid. Bangunan bawah jembatan
terdiri dari abutmen dan pondasi, dimana abutmen bisa juga berfungsi sebagai
pondasi jembatan. Ketinggian abutmen minimum 1 m di atas tinggi air saat
banjir, sedangkan kedalaman minimum ditentukan dengan menghitung kedalaman
gerusan.
Metode yang digunakan untuk analisis kestabilan abutmen pada penelitian
ini adalah metode pendekatan berdasarkan IRC78/1983. Tahap perancangan abutmen,
seperti pada struktur dinding penahan tanah pada dasarnya menggunakan sistim
coba-coba (trial), kemudian dianalisa kestabilannya dengan syarat harus
memenuhi nilai faktor keamanan FS Geser> 1.5, FS Guling>1.5, FS DDT>3.
Pada contoh kasus jembatan Essang-Lalue direncanakan abutmen dengan
ketinggian 3.46m dari permukaan tanah, dan tertanam sedalam 5,54m. Hasil
analisis kestabilan pada abutmen menyatakan bahwa tanah dapat menahan gaya
geser, dan guling yang bekerja pada struktur, tetapi daya dukung tanah tidak
dapat memikul struktur diatasnya, sehingga diperlukan pondasi dibawahnya.
Pondasi yang dianalisis adalah pondasi kaison diameter 2.0, 2.5, 3.0, 3.5, 4.0,
4.5,dan 5.0m. Dari hasil analisis, pondasi kaison dengan diameter 4.0, 4.5,dan
5.0 m, adalah pondasi yang bisa menahan beban-beban struktur bangunan atas
jembatan, dan abutmen.
Penulis: Julfrenly Onding Lapis,
Sjachrul Balamba, Oktovian B. A. Sompie, Alva N. Sarajar
Kode Jurnal: jptsipildd130616