TINJAUAN POLA PENGOBATAN YANG DILAKUKAN PENGOBAT TRADISIONAL (BATRA) PASIEN PATAH TULANG DI KOTA PONTIANAK
ABSTRAK: Berdasarkan data yang
didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis
penyebab yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kasus patah tulang di
Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu dan cenderung membutuhkan biaya
serta fasilitas yang mahal untuk mengobatinya. Pengobatan patah tulang secara
umum pada tindakan medis melalui 3 proses, yaitu reduksi, imobilisasi dan
rehabilitasi. Tetapi masyarakat banyak menggunakan jasa pengobat tradisional
patah tulang dengan alasan kondisi saat ini dalam krisis ekonomi.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk Meninjau pola pengobatan yang
dilakukan pengobat tradisional (batra) pasien patah tulang di Kota Pontianak.
Metode: Metode pendekatan kualitatif kombinasi dengan kuantitatif tipe
studi observational. Peneliti mengobservasi pola pengobatan yang dilakukan
batra patah tulang dan melakukan wawancara kepada batra patah tulang. Populasi
penelitian adalah batra patah tulang di wilayah Kota Pontianak berjumlah 40
orang. Sampel penelitian adalah pengobat tradisional (batra) patah tulang,
dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling.
Hasil: Batra menggunakan teknik arah gerakan yang satu arah
(proksimal-distal) selama proses mengurut dan ada batra yang tidak menggunakan
arah gerakan karena saat mengurut hanya sebentar guna mencari bagian yang patah
dan melemaskan ketegangan. Batra memperhatikan kondisi pasien dan bagian yang
patah karena akan sangat berbahaya bila harus dipaksakan menekan jika pasien
tidak mampu untuk menahannya. Saat teknik irama gerakan, batra menggunakan
irama yang searah, maju mundur dan selang seling. Posisi batra saat mengurut
menyesuaikan pada bagian yang patah dan kadang batra mengurut bagian selain
yang patah guna mengalihkan sakit yang dirasakan pasien. Batra membutuhkan
waktu ± 10-15 menit untuk memperbaiki/mengurut dengan menggunakan minyak urut,
memberi ramuan kemudian membalut dengan menggunakan perban. Jika diperlukan
batra akan memakai spalk/bidai untuk menopang bagian yang patah.
Kesimpulan: Pengobatan tradisional patah tulang pada umumnya masih cukup
banyak diminati. Biaya yang relatif murah dan keberadaannya mudah ditemui
menjadi hal positif dalam pengobatan ini. Namun kecenderungan terjadinya
gangguan lanjutan atau infeksi merupakan sisi negatif metode pengobatan
tersebut yang tidak baik untuk kesehatan.
Penulis: Sitti Syabariah, Rara
Barbara Nurlah, Imran
Kode Jurnal: jpkeperawatandd160173