Kadar Interleukin-18 pada Kultur Limfosit Penderita Dermatitis Atopik yang Distimulasi Staphylococcal Enterotoxin B (SEB)
Abstract: Staphylococcus
aureus (S. aureus) mempunyai peranan penting pada patogenesis dermatitis atopik
(DA). Peran S. aureus tersebut tidak hanya sebagai pencetus DA, tetapi juga
menyebabkan inflamasi kronik. Peran tersebut berhubungan dengan dihasilkannya
protein antara lain toksin poten oleh S. aureus, yaitu Staphylococcal
enterotoxin B (SEB). Interleukin-18 (IL-18) merupakan regulator penting dari
produksi sitokin Th-1 yaitu interferon-γ (IFN-γ). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar
IL-18 pada kultur limfosit pasien DA yang distimulus dengan SEB. Penelitian ini
dilakukan pada 20 orang penderita DA (7 laki-laki dan 13 perempuan) dan 20
orang sehat (9 laki-laki dan 11 perempuan) di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung, merupakan penelitian eksperimental secara in vitro pada kultur
ilmfosit yang distimulus dengan SEB di Laboratorium Penelitian dan Pengujian
Terpadu Universitas Gadjah Mada. Terjadi peningkatan kadar IL-18 rata-rata pada
kultur limfosit antara sebelum dipapar dan setelah dipapar SEB, baik pada
kelompok DA maupun kelompok kontrol. Setelah dilakukan uji statistik
perbandingan antara kadar IL-18 rata-rata sebelum dan sesudah dipapar SEB
antara kelompok DA dan kontrol, didapatkan hasil kadar IL-18 kelompok DA lebih
tinggi bermakna dibanding dengan
kelompok kontrol (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan kadar IL-18 meningkat
tinggi pada kelompok DA yang dipapar SEB.
Penulis: Oki Suwarsa, Sudigdoadi,
Endang Sutedja, Ponpon Idjradinata
Kode Jurnal: jpkedokterandd150421