Hubungan IMT dan Kadar Albumin berhubungan dengan Penyembuhan Luka
Abstract: Pasien perioperatif
gastrointestinal berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Malnutrisi dapat
menyebabkan hasil yang tidak diharapkan pada asuhan keperawatan perioperatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan status gizi pasien
bedah gastrointestinal berdasarkan parameter antropometri (Indeks Massa Tubuh,
Tebal Lipatan Kulit, dan Lingkar Lengan Atas) dan klinis (albumin dan tingkat
hemoglobin) dengan penyembuhan luka dan lama rawat inap, serta mengidentifikasi
asupan makanan pasien pra dan pasca operasi. Penelitian cross-sectional ini
mengukur 38 pasien yang menjalani pembedahan gastrointestinal di sebuah rumah
sakit umum daerah di Indonesia. IMT, TLK, LLA, albumin dan kadar hemoglobin
diukur sebelum dan sesudah operasi. asupan makanan diukur dengan 24 jam makanan
Recall. Sementara penyembuhan luka pasien diukur pada hari ke-3 dan ke-7 hari
pasca pembedahan. Terjadi peningkatan prevalensi malnutrisi pada pasien sebesar
60% selama tinggal di rumah sakit. IMT dan kadar albumin secara bermakna
berhubungan dengan penyembuhan luka (p <0,05). Rerata lama rawat inap pasien
dengan IMT normal (13,8 ± 5,6 hari) lebih pendek dari pasien gizi kurang (27,8
± 17,7 hari) dan pasien gizi lebih (22,4 ± 11,6 hari). Asupan pasien umumnya di
bawah kebutuhan mereka. IMT, tingkat albumin, dan asupan makanan memiliki peran
penting untuk penyembuhan luka dan lama rawat inap pasien pembedahan
gastrointestinal di rumah sakit. Rumah sakit harus melakukan penilaian awal
status gizi pasien (setidaknya IMT dan kadar albumin) untuk mengidentifikasi
kebutuhan pasien, dan memberikan intervensi yang tepat sebelum dan setelah
operasi.
Penulis: Syahrul Said,
Nurpudji A. Taslim, Burhanuddin Bahar
Kode Jurnal: jpkeperawatandd160184