Gender dan Penyakit Tuberkulosis: Implikasinya Terhadap Akses Layanan Kesehatan Masyarakat Miskin yang Rendah

Abstract: Saat ini, fokus utama dari pelayanan kesehatan masih bertumpu pada aspek medis yang sangat kurang memperhatikan isu sosial termasuk gender yang merupakan penyebab utama kesenjangan bidang kesehatan di masyarakat kita. Tuberkulosis adalah penyakit yang menyebabkan kematian di seluruh dunia. Gender berperan sebagai salah satu determinan penyakit tuberkulosis meliputi penemuan kasus, diagnosis, dan proses pengobatan. Penelitian ini bertujuan menganalisis perspektif gender pencapaian Program Tuberkulosis Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) meliputi penemuan, diagnosis pasien, dan hasil pengobatan di Rumah Sakit Paru Jember, tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik menggunakan data sekunder yang berasal dari Laporan Program Tuberkulosis DOTS Tahun 2010. Populasi adalah penduduk yang menderita tuberkulosis yang mendapat pelayanan dalam program DOTS. Sedangkan, sampel dari penelitian ini adalah pasien yang telah didiagnosis tuberkulosis oleh dokter, mendapatkan pelayanan di Poli Paru Rumah Sakit Paru Jember pada tahun 2010. Data yang terkumpul dianalisis secara diskriptif dengan perspektif gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses penemuan pasien tuberkulosis, perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Tetapi dalam proses diagnosis pasien tuberkulosis dan hasil pengobatan pasien tuberkulosis, laki-laki jauh lebih tinggi dari perempuan. Kondisi ini disebabkan karena stigma pada perempuan serta akses dan kontrol perempuan yang rendah terhadap pengelolaan sumber daya untuk kesehatan. Komitmen pemerintah dan masyarakat yang sensitif gender diperlukan dalam intervensi program tuberkulosis DOTS pada masa yang akan datang.
Keywords: akses pelayanan; gender; masyarakat miskin; tuberkulosis; services access; poor; tuberculosis
Penulis: Dewi Rokhmah
Kode Jurnal: jpkesmasdd130474

Artikel Terkait :