Gangguan Pendengaran dan Keseimbangan pada Penderita Tuberkulosis yang Mendapat Pengobatan Antituberkulosis Kategori 1 dan 2
Abstract: Tuberkulosis
merupakan masalah yang serius di masyarakat. Pada tahun 2010, World Health
Organization mencatat jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia menurun ke
posisi empat dengan meningkatnya keberhasilan pengobatan obat antituberkulosis
(OAT). Namun, pemberian OAT jangka panjang dapat menyebabkan efek samping
ototoksik berupa gangguan pendengaran dan keseimbangan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui efek ototoksik pada penderita tuberkulosis paru
dengan pemberian OAT di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini bersifat
deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Analisis univariat dilakukan
dengan tabel frekuensi distribusi sedangkan analisis bivariat dilakukan dengan
menggunakan uji t dan Fisher’s exact test. Didapatkan 35 penderita tuberkulosis
yang memenuhi kriteria inklusi, 22 orang dengan pengobatan tuberkulosis
kategori 1 dan 13 orang tuberkulosis kategori 2. Dilakukan pemeriksaan
audiometri nada murni dan tes keseimbangan. Tiga orang (33,3%) penderita
tuberkulosis kategori 1 dan 6 orang (66,7%) penderita tuberkulosis kategori 2 mengalami
gangguan pendengaran (p < 0,05). Hasil tes keseimbangan menunjukkan
perbedaan yang signifikan yaitu 7 orang (100%) tuberkulosis kategori 2 dengan
positif tes Romberg dan 11 orang (100%) tuberkulosis kategori 2 positif tes
tandem Romberg. Gangguan pendengaran dan keseimbangan pada penderita
tuberkulosis paru dengan OAT ditemukan lebih tinggi pada kategori 2
dibandingkan dengan kategori 1 dengan perbedaan yang signifikan.
Keywords: tuberkulosis; obat
antituberkulosis; gangguan pendengaran; tuberculosis; antituberculosis
treatment; hearing impairment
Penulis: Indri Adriztina,
Adlin Adnan, Siti Hajar Haryuna, Parluhutan Siagian, Sorimuda Sarumpaet
Kode Jurnal: jpkesmasdd140548