KAJIAN KETERKAITAN EKOLOGI Acanthaster planci DAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KABUPATEN BINTAN
ABSTRAK: Kabupaten Bintan
memiliki hamparan ekosistem terumbu karang, berbagai aktivitas antropogenik masyarakat
di wilayah ini seperti eksploitasi sumberdaya perikanan, pariwisata, penambangan
pasir diduga sebagai penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang. Kerusakan ini
dijelaskan dari hasil penelitian CRITC-LIPI Coremap II 2006, bahwa tutupan
karang hidup rata-rata 25,27 %, tidak hanya itu populasi megabenthos sebagai
indikator lingkungan yang tercatat menunjukkan kekawatiran. Perlu penelitian
yang berkaitan dengan faktor bioekologi terhadap Kualitas Tutupan Karang Hidup.
Beberapa metode telah digunakan untuk mendeskripsikan kondisi terumbu karang
tersebut. Hasil penelitian diperoleh di kawasan I dengan 11 stasiun pengamatan:
luasan tutupan karang hidup berkisar 34-99 %, tidak ditemukan adanya Acanthaster
planci. Kawasan II dengan 4 stasiun pengamatan, tutupan karang hidupnya
berkisar 65-87%, ditemukan A. planci di 3 stasiun. A. planci lebih banyak
ditemukan di substrat Acropora branching (ACB) dengan jumlah 14 individu, 6
individu pada substrat coral massive dan coral foliose, 4 individu pada
substrat coral submassive, dan 3 individu pada dead coral (DC). Kelimpahan A.
planci lebih terkait pada jenis substrat dan bentuk karang bila dibandingkan
dengan luas penutupan karang hidup. Kerusakan terumbu karang di kawasan I lebih
disebabkan oleh kondisi perairan seperti sedimentasi dan berbagai aktivitas langsung
dari masyarakat. Sedangkan di kawasan II kerusakan dipengaruh oleh destructive
fishing,disamping kelimpahan A. planci diduga telah mempengaruhi tutupan karang
hidup dengan kelimpahan 25 ekor/0,5 ha setara (50 ind/ha). Ini melebihi daya
dukung terumbu karang sebanyak 30 ind/ha. Monitoring dan DPL diperlukan untuk
mengontrol kelimpahan A. planci.
Penulis: Syarviddint Alustco,
Yusli Wardiatno, dan Isdradjad Setyobudiandi
Kode Jurnal: jpperikanandd110179