EVALUASI METODE PENMAN-MONTEITH DALAM MENDUGA LAJU EVAPOTRANSPIRASI STANDAR (ET0) DI DATARAN RENDAH PROPINSI LAMPUNG, INDONESIA
Abstrak: Evapotranspirasi
adalah unsur utama dalam menghitung kebutuhan air tanaman yang kemudian menjadi
dasar dalam penjadualan irigasi. Evapotranspirasi dipengaruhi banyak faktor
sehingga pengukurannya secara langsung tidak mudah, karena itu dikembangkan
banyak model pendugaan untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu model yang direkomendasikan FAO
adalah metode Penman-Monteith (P-M). Untuk mengetahui apakah metode ini tepat
juga digunakan di Propinsi Lampung perlu dilakukan pengujian dengan
membandingkan hasil pengamatan langsung (2006-2008) yang dilakukan di dua
stasiun pengamatan di Lampung yaitu Branti dan Masgar. Hasil pengamatan di
Branti rata-rata lebih rendah dari hasil metode P-M pada laju ET > 4 mm, dan
lebih tinggi untuk laju ET < 4 mm; sedangkan untuk stasiun Masgar
menunjukkan laju ET hasil pengamatan selalu lebih tinggi dari pada hasil
perhitungan metode P-M. Hasil metode P-M
secara rata-rata 1.09 kali lebih tinggi dari pengamatan Branti dan 0.89 kali
lebih rendah dari pengamatan Masgar. Koefisien korelasi antara metode pendugaan
dan pengamatan langsung rendah (r= 0.3 untuk Branti dan 0.5 untuk Masgar). Ketidak cocokan ini dapat disebabkan pertama
karena ketidak cermatan dalam mengukur penurunan muka air pada panci evaporasi
yang terlihat dari rendahnya koefisien korelasi evaporasi pengamatan dengan
semua unsur iklim yang berkaitan erat dengan evaporasi (suhu dan kelembaban
udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi; kedua karena CROPWAT menggunakan
data lama penyinaran yang dikonversikan secara linier menjadi intansitas
radiasi sedangkan dalam pengamatan langsung hubungan antara lama penyinaran dan
intensitas radiasi tidak linier.
Penulis: Tumiar Katarina
Manik, R. Bustomi Rosadi, Agus Karyanto
Kode Jurnal: jppertaniandd120420