Patofisiologi Karies Gigi

Patofisiologi Karies Gigi dapat dijelaskan dengan baik. Karies gigi adalah proses kerusakan yang dimulai dari email berlanjut ke dentin. Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor yang saling memepengaruhi. Terdapat empat etiologi penyebab karies, yaitu host, agent, substrat dan waktu. Faktor tersebut merupakan faktor utama, dimana bila terdapat keempat faktor utama tersebut yang saling berinteraksi dan dalam waktu tertentu maka terjadilah karies. Selain faktor tersebut diatas ada juga beberapa faktor resiko seseorang terkena karies, antara lain penggunaan fluor, oral hygiene, saliva,pola makan, keturunan, ras dan jumlah bakteri.
Semua permukaan gigi yang terbuka beresiko terserang karies dari gigi erupsi hingga gigi tersebut tanggal. Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak (lapisan yang menutupi permukaan gigi), dimana 70% dari volume plak terdiri dari bakteri.  Bakteri tersebut berasal dari streptococcus mutans dan lactobacillus akan mengubah dan menfermentasikan  gula dari sisa makanan yang tertinggal pada gigi dalam jangka waktu tertentu sehingga berubah menjadi asam yang akan menurunkan pH mulut menjadi rendah (sekitar pH 5,5) dan menyebabkan terganggunya keseimbangan kondisi di sekitar mulut, diikuti dengan terjadinya demineralisasi yang akan yang akan berlanjut pada jaringan-jaringan gigi didalamnya sehingga terbentuklah lubang (kavitas) yang sering disebut karies gigi.
Pada kondisi ini proses supersaturasi fisikokimia akan terjadi berulang kali dalam mulut dan akan kecenderungan email untuk mendapatkan Ca dan P dari dalam rongga mulut dalam upaya untuk mengganti elemen yang hilang pada proses demineralisasi. Bila proses tersebut tercapai maka menghasilkan keadaan yang disebut remineralisasi email. Karies sebagai akibat ketidakseimbangan demineralisasi dan remineralisasi yang terjadi pada gigi. Jika gigi dapat dipertahankan kebersihannya dari plak dan konsumsi gula dikurangi, maka proses remineralisasi pada daerah tersebut dapat terjadi dengan adanya deposit kristal dari mineral-mineral yang terdapat pada saliva. Dengan kata lain ada aliran mineral keluar dari gigi. Namun jika lebih banyak kristal mineral yang larut pada suartu bagian permukaan gigi dapat rusak. Apabila hal ini terjadi proses remineralisasi tidak mungkin terjadi dan lubang pada gigi mulai terlihat.
Karies diawali dengan lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi dan akan berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi. Warna putih terbentuk karena hilangnya mineral interprismata dan larutannya mineral pada perifer prismata sehingga garis-garis pertumbuhan yang bermuara pada permukaan email hilang sehingga mudah terjadi keausan. Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu menyebabkan terjadinya bercak putih.
Waktu berlangsungnya bercak putih menjadi kavitas tergantung pada mulut dan kondisi individu.  Biasanya kavitas di dalam email tidak menyebabkan nyeri, email tidak sensitif dalam rangsangan nyeri. Nyeri baru timbul apabila sudah mencapai dentin, dimana dentin memiliki serabut syaraf dan saluran-saluran yang sangat halus, yang rentan terhadap asam yang dihasilkan oleh fermentasi karbohidrat.
Pada tahap akhir adalah saat kerusakan gigi sudah mencapai lapisan email dan dentin kemudian mencapai bagian syaraf ditenggah gigi yaitu pulpa. Sewaktu bakteri dan plak mencapai pulpa, bakteri tersebut menyebarkan infeksi kumannya dan gigi mulai terasa sakit. Rasa sakit itu disebabkan oleh adanya peradangan pada pulpa yang menyebabkan peningkatan tekanan di dalam ruang pulpa. Tekanan tersebut menyebabkan pembuluh darah di dalam pulpa rusak sehingga rasa sakit bertambah. Karies yang timbul sampai pulpa menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

Artikel Terkait :