Sejarah Manga

Sejarah manga (komik) Jepang sudah sangat panjang. Komik jepang yang paling tua dan terkenal pertama kali di temukan di gudang Shooshooin di Nara yang memperlihatkan berbagai ekspresi wajah manusia dengan mata yang keluar dan melorot dalam bentuk Fusaakumen. Karya yang lain disebut Daidaron, menggambarkan mata orang yang terbelalak dan orang yang berjenggot. Selain itu pada langit-langit d Kondoo (gedung utama) kuil Buddha Hooryuuji pada abad ke-7 dan padda panggung bangunan Brahma dan Indra di kuil Thooshoodaiji pada abad ke-8, dimana dalam gambar komik ini terdapat unsure-unsur religious dan nilai-nilai tradisi. Sedangkan di gedung Phoenix kuil Byoodooin, tercatat arsitektur zaman Heian (794-1185), yang pada saat itu ditemukan karikatur pengadilan rendah.
Namun ada juga yang menyebut manga pertma kali muncul abad 12 (pada akhir zaman Heian) dimana mangan generasi awal yang bertajuk “Choju Jinbutsu Giga” karya biksu Toba Soojoo yang berisi berbagai gambar lucu hewan dan manusia. Manga yang dibuat banyak seniman ini memenuhi hampir semua persyaratan manga. Sederhana, memilki cerita didalamnya, dan memilki gambar artistik.
Pada pertengahan abad ke-12, terdapat gulungan surat bergambar yang terkenal yang disebut  Shigisan Engi Emaki, yang menggambarkan gerakan yang dinamis. Dalam gambar tersebut terdapat sebuah adegan pendeta Buddha Myoren membuat sebuah panic ajaib terbang ke udara dan membawa gudang beras orang kaya ke puncak gunung. Sedangkan pada adegan lainnya, karung-karung beras terbang keluar dari gudang. Kemudian Bandainagon Ekotoba (akhir tahun 1100- an) memperlihatkan gerbang utama dari sebuah kuil terkenal yang sedang terbakar dengan ekspresi wajah dari sekitar seratus orang yang dikejutkan oleh api atau orang-oarang yang melarikan diri, hal ini membuat adegan ini menjadi hidup dan membuat kita merasa ada diantara mereka. Kedua gambar ini termasuk kedalam kategori cerita  bergambar (emaki-mono). 
Kemudian pada zaman Kamakura (1185-1333) seiring dengan perkembangan agama Buddha, komik juga terlihat yaitu pada gulungan surat bergambar seperti Jigooku Zooshi dalambentuk adegan gambar neraka dan Gaki Zooshi dalam bentuk adegan penderitaan, kedua surat bergambar ini memperlihatkan adegan yang berhubungan dengan kematian.
Pada zaman Muromachi (1333-1568) ada contoh komik berbentuk cerita pendek yaitu Otogi Zooshi. Pada masa ini keberanian berimajinasi, daya piker dan selera humor yang tinggi sudah terlihat jelas.
Di zaman Edo (1603-1867), pertumbuhan kebudayaan popular memberikan semangat baru dalam komik yang merebut daya tarik lebih besar dalam bentuk buku cetakan blok kayu, seperti pada lukisan  Ootsure-e yang dibuat dengan tekanan kuas yang kasar, lukisan Toba-e dengan sindirannya terhadap manusia, dan lukisan paham Kuwagata Keisai (1764-1824) yang dikenal juga sebagai Kitao Masayoshi, serta Yamaguchi Soken (1759-1818).
Sejarah komik Jepang seutuhnya berawal pada zaman Edo, ketika istilah manga (komik Jepang) pertama kali digunakan oleh pelukis Ukiyo-e (grafis pahatan kayu) yang terkenal yaitu  Hokusai Katsushika. Ia memproduksi sebuah serial buku bergambar yang diterbitkan dalam 15 jilid antara tahun 1814 dan 1878. Manga ini berisi lebih dari 4000 ilustrasi. Cara Hokusai menggambarkan gerakan badan manusia, dan pengamatan ilmiahnya tentang gerakan otot benar- benar terlihat alami dan nyata, sepertti dalam komik Suzume Odori-zu (Dancing Sparrow, Burung Pipit Sedang Menari, Jilid 3). Yari No Keiko-zu (Spear Throwing Practice, Latihan Melempar, Jilid 6), dan juga Bureiko-zu (Informal Party, Pesta Tidak Resmi, Jilid 8).
Pada zaman Showa (1926-1989) yang dikenal juga dengan abad manga anak-anak, dimana saat itu, manga mulai berkembang pesat. Pada tahun 1989 dalam selang waktu satu tehun telah diterbitkan sekitar 500 juta manga, 500 juta majalah manga bulanan, dan 700 juta majalah mingguan manga. Dari prestasi yang dicapai ini Jepang dapat dikatakan sebagai “Kerajaan Manga”, yang mulai bangkit dalm situasi setelah melewati masa perang lewat manga anak-anak.
Sebelum dan selama Perang Dunia ke-II, para seniman local menggunakan The Japan Punch sebagai media penerbitan yang juga merupakan majalah komik dengan cerita humor yang dikelola oleh orang-orang Inggris yang tinggal di Jepang, meskipun awalnya The Japan Punch muncul sebagai sindiran politik pada saat itu diawasi dengan ketat oleh pemerintah Jepang (Anggraini,, 2008).
Berkembangnya tekhnologi produksi manga pada pada pasca Perang Dunia ke-II tidak lepas dari peran serta komikus berbakat Osamu Tezuka (1928- 1989). Tezuka mengubah wajah dunia manga pasca Perang Dunia ke-II secara radikal. Ia menggunakan gaya narasi yang unik dengan komposisi cerita menyerupai novel yang disebut dengan Story Manga (komik naratif) dengan alur cerita yang naik turun saat menuju klimaks cerita serta menggunakan tekhnik- tekhnik seperti pada pembuatan film, dengan sudut pengambilan gambar yang dinamis dengan penggalan- penggalan gambar yang tidak beraturan, yang sengaja didesain untuk menggambarkan urutan gerakan dan membangun ketegangan . bunyi pun juga  diungkapkan dengan huruf sebagai penggambaran aktifitas bisu dan emosi. Tezuka juga memperkenalkan system produksi manga yang baru, yaitu cara mempercepat produksi serta menjamin kelangsungan usaha manga. Selain itu diperkenalkan tekhnik sinematik kedalam komik tradisional.
Selama tahun 1960-an, seiring dengan meningkatnya pendapatan ekonomi Jepang, perusahaan penerbitan komik menyadari bahwa pasar untuk buku komik dan majalah komik telah berkembang dan jumlah komikpun meningkat.
Pada tahun 1963, Tezuka membuat animasi televise untuk pertama kalinya dan menjual karakter animasi tersebut untuk menutupi biaya produksi. Karya- karyanya yang sukses besar diluar negeri antara lain yaitu “Mighty Atom” (Astro Boy) dan “Jungle Emperor”. Tezuka juga memproduksi karun versinya sendiri yang bejudul “Faust”, dan Destovyeki’s Crime and Punishmen” yaitu menceritakan tentang kehidupan Buddha serta drama mengenai samurai. 
Kemudian karya Tezuka tersebut dibuat dalam lembaran komik yang sangat dihargai sebagai suatu karya seni.
Populernya karya-karya Tezuka memacu munculnya banyak serial animasi yang berdurasi 30 menit, yang kebanyakan didasarkan pada serial yang diterbitkan majalah-majalah komik. Sejumlah film animasi telah diterjemahkan ke dalam berbagai Negara.
Tezuka telah meletakkan pondasi bagi industri manga di Jepang pasca Perang Dunia ke –II dan merombak  tradisi manga lama. Ia meninggal pada tahun 1989, dan untik mengenang jasanya didirikanlah Manga Museum pada tahun 1994 di Tajarazuka (Anggraini, 2008).

Artikel Terkait :